Berbagi Mimpi di Kelas Inspirasi

16 komentar

Menurut saya, tanggal 25 April lalu adalah hari yang pantas untuk dicatat dalam buku catatan perjalanan pendidikan di Indonesia. Sebanyak 200 relawan profesional dari Kelas Inspirasi mendatangi 25 SD di Jakarta untuk berbagi pengalaman tentang profesi mereka. Kelas Inspirasi adalah program dari Indonesia Mengajar, yang menghimpun para relawan meluangkan waktu sehari untuk terjun dan terlibat langsung di dunia pendidikan. 

Sebagai salah satu relawan yang terpilih, saya bangga, bisa mendapat kesempatan untuk berbagi dalam Kelas Inspirasi ini. Sebenarnya, bukan sekali ini saya masuk kelas untuk belajar bersama anak-anak, mengingat saya bekerja sebagai penulis di majalah anak-anak. Namun, kegiatan ini punya tantangan yang berbeda.

Biasanya, kalau datang ke sekolah atau didatangi anak-anak sekolah, saya dan teman-teman kantor memberikan pelatihan menulis atau mading. Kali ini, saya harus menjelaskan segala hal yang berhubungan dengan profesi saya sebagai penulis. Hmm, dalam waktu 60 menit, apa saja yang harus saya lakukan dan ceritakan? Apakah anak-anak akan tertarik? Apakah anak-anak akan mengerti? Atau, justru anak-anak merasa bosan, lalu saya ditinggal tidur atau ngobrol sendiri? Ah, bingung, tapi penasaran!

Sebelum terjun ke lapangan, tim Indonesia Mengajar sempat memberikan beberapa tips untuk membuat kegiatan belajar mengajar di kelas menjadi menyenangkan. Hebat, empat jempol untuk tim yang sebagian besar adalah para Pengajar Muda! Sepertinya tips mereka tidak hanya berguna saat Kelas Inspirasi ini saja, tetapi juga di saat lain ketika harus berinteraksi dengan anak-anak.

Kali ini, saya bersama lima teman lain, yaitu Astari (jurnalis, The Asahi Shimbun), Haiva (specialist, Glaxo Smith Kline), Pak Mardi (CEO, Nutrifood), Dimas (investment analyst, Samuel Aset Manajemen), serta Roy (account manager, Microsoft Indonesia) sang ketua tim. Kami didampingi Boma, relawan di IM. Juga ada Trias, relawan fotografer. 

Beberapa dari kami sempat melakukan survey ke SDN Karet Tengsin 01, tempat kami akan mengajar. Kedatangan kami saat itu sempat membuat heboh anak-anak kelas dua yang berebut ingin bersalaman dengan kami. Beberapa anak sampai terjatuh karena berdesakan. Bahkan ada yang tertindih teman-temannya. Tak terbayangkan, bagaimana kami akan bisa membuat mereka tertib di kelas nanti?

Sambutan menyenangkan dari kepala sekolah dan guru-guru membangkitkan semangat kami. Mereka menyambut kami dengan gembira. Banyak cerita mengalir dari mereka, tentang sekolah, tentang siswa, tentang guru. 

Pasti tak banyak orang mengira, di balik gedung-gedung pencakar langit, anak-anak berkumpul di sebuah bangunan kecil bernama sekolah untuk merajut mimpi mereka. Dulu, di kawasan ini ada delapan sekolah. Namun, seiring berjalannya waktu, tinggal satu sekolah yang tersisa. Mayoritas siswa adalah anak-anak pedagang yang tinggal di sekitar sekolah.
Meskipun tinggal satu sekolah yang ada di sini, tak menyurutkan langkah untuk berprestasi. Sederet piala tersimpan di lemari pajangan. Ah, semakin tak sabar untuk berbagi mimpi bersama anak-anak ini.

Ketika tanggal 25 April datang, rasanya begitu mantap saya melangkah, memasuki gerbang sekolah. Sungguh menyenangkan, melihat anak-anak yang berjalan dengan semangat memasuki gerbang sekolah. Kepala sekolah dan guru menyambut mereka. Sebuah relasi yang indah antara para guru dengan murid-murid mereka.

Rasanya, saya dan teman-teman di kelompok I tambah bersemangat karena Pak Anies Baswedan dan teman-teman dari Indonesia Mengajar juga bergabung bersama kami di pagi itu. Ada pula beberapa wartawan yang meliput acara ini. Tentu saja, itu merupakan sebuah bentuk dukungan positif bagi Kelas Inspirasi.

Meskipun pelajaran di kelas dimulai pukul tujuh pagi, pukul setengah tujuh para guru dan murid selalu berkumpul di lapangan untuk berdoa bersama. Begitu juga dengan hari itu. Selain berdoa, Pak Rukdi, sang kepala sekolah juga memperkenalkan kami, para bapak dan ibu guru sehari. Lalu, para murid menyalami kami semua, baru masuk kelas mereka.

Jam pertama, saya belum mendapat giliran mengajar, karena pagi itu yang aktif hanya lima kelas. Kelas dua masuk siang. Saya pun menghabiskan waktu dengan melakukan observasi dan mengobrol dengan kepala sekolah dan para guru yang tidak bertugas.

Jam kedua, saya masuk kelas empat. Anak-anak cukup antusias dengan kegiatan di kelas. Lega. Saya menjelaskan tentang pekerjaan saya sebagai penulis sekaligus reporter. Saya tunjukkan kamera dan perekam yang saya bawa. Mereka cukup antusias untuk mencobanya. Kebetulan, ada Mas Israr dari IM yang mau berpura-pura jadi presiden untuk diwawancarai. Juga, ada beberapa anak perempuan yang pura-pura jadi Cherry Belle. Role-play berjalan lancar. Saya ajak mereka menyanyi. Saya ajak mereka bermain. Saya senang melihat anak-anak yang begitu ceria dan antusias dengan kegiatan ini. Hingga waktu satu jam pun habis. Saya harus berpindah kelas.

Jam ketiga berjalan setelah istirahat. Saya masuk ke kelas lima. Ketika masuk, beberapa anak masih sibuk dengan makanan dan minuman mereka. Saya pun memberi waktu sebentar bagi mereka untuk menghabiskannya. Saya masih menggunakan metode mengajar yang sama dengan yang saya berikan di kelas empat. Hanya melakukan variasi pada permainan dan tebak-tebakan. Lagi-lagi, anak-anak paling antusias dengan kegiatan role-play menjadi wartawan. Ada yang pura-pura mewawancarai Messi, ada yang pura-pura mewawancarai Blink, dan lagi-lagi Cherry Belle. Bahkan, anak-anak perempuan kepingin menyanyi sambil menarikan lagu Cherry Belle di depan kelas! Lagi asyik-asyiknya kami role-play di depan kelas, seorang anak perempuan di pojok belakang kelas menangis. Olala! Rupanya, dia berantem dengan anak laki-laki di depannya. Sambil membiarkan role-play tetap berjalan di depan kelas, saya mendatangi anak itu, lalu terpaksa memindahkan tempat duduknya ke sudut yang lain supaya tidak diganggu temannya. Untung, berhasil. 

Oya, di kelas ini saya sempat terkesan dengan cita-cita seorang anak. “Saya ingin jadi dokter karena supaya bisa menyembuhkan orang sakit yang tidak punya uang.” Sungguh mulia cita-citamu, Nak! Semoga kamu bisa mencapainya.

Jam terakhir, saya mendapat giliran masuk kelas dua. Hmm, kelas yang sempat heboh ketika saya datang untuk survey lokasi. Apakah saya akan mampu menaklukannya?

Eh, ternyata, anak-anak kelas dua malah lebih antusias dan interaktif! Saya menggunakan metode mengajar yang sedikit berbeda dengan dua kelas sebelumnya. Tetap ada penjelasan tentang profesi dan cita-cita. Tetap ada role-play, namun lebih sederhana. Tetap ada nyanyi dan permainan, dengan bentuk yang lebih sederhana. Dan saya juga mengajak anak-anak kelas dua untuk bermain origami, melipat kertas menjadi kamera. Wow, mereka seneng banget! Hingga akhirnya, pelajaran pun harus berakhir.

Capek, seru, luar biasa! Itulah perasaan saya ketika Kelas Inspirasi hari itu berakhir. Banyak pelajaran yang saya dapatkan. Tak hanya anak-anak, saya pun mendapatkan inspirasi dari kegiatan ini. Baru saya merasakan, menjadi guru SD sungguh luar biasa! Mereka harus bisa menjadi superman dan superwoman bagi anak-anak. Saya yang mengajar sehari saja capek, bagaimana mereka yang mengajar sampai puluhan tahun? Empat jempol bagi para bapak dan ibu guru!

Dan bagi kalian, anak-anakku, “Ibu Guru” juga mengacungkan empat jempol untuk semangat kalian di hari itu… untuk keceriaan kalian… untuk mimpi-mimpi kalian. Duapuluh tahun dari sekarang, kalian akan sudah menjadi para profesional yang hebat! Semoga kalian selalu ingat dengan salah satu permainan kita hari itu: Aku-anak-Indonesia-rajin-dan-jujur!

Terima kasih kepada Pak Anies Baswedan dan teman-teman dari Indonesia Mengajar yang telah mencetuskan Kelas Inspirasi. Terima kasih kepada teman-teman relawan Kelas Inspirasi, terutama di Kelompok I. Terima kasih kepada kepala sekolah, guru, dan anak-anak SDN Karet Tengsin 01. Kalian semua HEBAT!!!

Salam inspirasi!
Veronica W
Seorang penulis dan editor yang menyukai dunia anak-anak.

Related Posts

16 komentar

  1. wow..
    keren kak,,pasti sangat menyenangkan yah :)
    saya juga pecinta anak ka,,salam kenal yah

    BalasHapus
  2. iya, meta, menyenangkan dan luar biasa! salam kenal juga, ya... :)

    BalasHapus
  3. thanks, mbak rani.. btw, astari tuh ternyata temen angkatanmu di Sigma to... kok aku dulu nggak kenal ya? *heran

    BalasHapus
  4. Bravo! super inspiring, Bu Veronica..do'akan saya semoga saya berkesempatan ikut dalam kelas inspirasi ini (tgl.20 Feb 2013 mendatang :)

    BalasHapus
  5. kerennnnnnnnnn banget tulisannya. pengen ikut juga tapi jauh banget saya ada di Balikpapan

    BalasHapus
  6. wow,,,,,pasti sangat dan sangat menyenangkan ketika berhadapan dengan anak-anak yang antusias dan menjadikan kak sbg inspiratornya,,,,,,,,

    BalasHapus
  7. manstaf, luar biasa... selamat

    BalasHapus
  8. terima kasih semangatnya, semua! :)

    BalasHapus
  9. Assalamu'alaikumwrwb...

    subhanallah...
    keren pastinya..

    rasanya ingin berbagi kak ,
    tapi domisili saya dari makassar kak

    caranya gimana kak bisa bergabung ?
    tapi saya masih status mahasiswi ,

    makasih sebelumnya kak

    wassalam^^

    BalasHapus
  10. Dear Ismhy, terima kasih, ya. Setahu saya, relawan Kelas Inspirasi adalah para profesional yang sudah bekerja minimal 2 tahun di bidangnya. Info lengkapnya ada di www.kelasinspirasi.org.

    BalasHapus
  11. Terima kasih, Mas Saifudin. Salam semangat!

    BalasHapus
  12. sangat inspiratif.... saran anda apa ya utk persiapan saya mengikuti kelas inspirasi 2 ?

    BalasHapus
  13. Terima kasih :) Terpilih juga? Saran saya, datang di briefing tanggal 9 Feb nanti, akan banyak tips dan masukan dari panitia untuk persiapan mengajar. Juga, kalau bisa, survey ke sekolahnya dulu sebelum mengajar supaya kenal situasinya dahulu.

    BalasHapus
  14. luar biasa, saya juga bekerja di Sd, mereka memang luar biasa, ada saja cerita lucu di tiap hari..hehhee

    BalasHapus

Posting Komentar