Princess Badung, Cerminan Masa Kecil?

4 komentar


Setiap melahirkan sebuah buku, tentu ada kisah berbeda di balik pembuatannya. Kali ini pun si Princess Badung punya cerita sendiri. Berbeda dengan buku-buku sebelumnya, jalan yang harus ditempuh Princess Badung relatif "lurus-lurus" saja, tanpa halangan yang berarti. Biarpun lurus, jalan yang harus dilalui cukup panjang. Perlu waktu sekitar setahun untuk proses pembuatan hingga kelahiran si Princess yang cantik ini ^_^.

Kisah di balik layar Princess Badung bermula dari tawaran Penerbit Tiga Serangkai kepada para anggota Kelompok Penulis Bacaan Anak alias Pabers untuk ikut Workshop First Novel yang mereka adakan di 4 kota. Lupa gimana prosesnya, intinya saya mendaftar untuk ikut workshop di Jakarta sekitar bulan Januari 2012. Calon peserta diminta untuk mengumpulkan sinopsis novel sebagai proses seleksi. Kalau tidak salah ingat, sekitar 30 orang lolos sebagai peserta, termasuk saya.

Di workshop waktu itu, saya sempat mempresentasikan sinopsis Princess Badung. Workshop usai, seleksi pun dilanjutkan secara bertahap oleh pihak Tiga Serangkai. Mulai mengumpulkan sinopsis utuh, sinopsis per bab, isi dua bab pertama, isi keseluruhan novel, hingga akhirnya dari 30 peserta terpilih 4 yang layak terbit. Puji Tuhan, Princess Badung termasuk salah satu yang layak terbit. Proses selanjutnya, sama seperti penerbitan buku pada umumnya, proses editing hingga siap cetak. Akhirnya, di bulan Januari 2013, lahirlah Princess Badung menjumpai para pembacanya. Sangat "lurus", bukan?

Lalu, kenapa judulnya Princess Badung? Waktu itu, saya kepingin nulis novel yang ada unsur budaya daerah. Kebetulan, permintaan dari tim First Novel juga begitu. Cocok, lah! Saya ambil yang paling dekat saja dengan kehidupan saya, yaitu budaya Jawa. Saya ingat, waktu kecil sering disuruh jadi patah, alias putri pengipas pengantin. Sampai sekarang, kalau ada pengantin tradisional Jawa, biasanya tetap ada “patah”-nya. Sepertinya, seru juga kalau itu jadi cerita. Lalu, ada juga tentang tari Jawa. Itu juga bisa jadi cerita. Saya memasukkan juga makanan tradisionalnya, misalnya klepon. Segala ide bercampur aduk ngalor ngidul.

Saya amati juga anak-anak perempuan sekitar kelas 2-3 SD (karena saya mengambil tokoh utama anak perempuan). Banyak di antara mereka yang penggemar pernak-pernik Princess. Hmm, apa jadinya, ya, kalau seorang anak yang lincah kepingin jadi Princess? Ah, sepertinya lebih seru kalau anaknya sedikit usil. Harus ada lucu-lucunya untuk anak-anak yang baru pertama membaca novel. First Novel ini memang ditujukan untuk anak yang sedang “mencicipi” baca novel. Dan akhirnya, tercetuslah ide Princess Badung.

Inti ceritanya, sih, tentang Kyla, seorang anak perempuan berumur 7 tahun yang menggemari karakter Princess. Dia kepingin jadi Princess. Tetapi, karena sebuah “kecelakaan”, dia malah dijuluki Princess Badung. Kyla nggak suka dibilang badung, dia kepingin jadi Princess yang anggun. Namun, dengan karakter yang lincah, usil, dan memang sedikit badung, usaha Kyla untuk menjadi Princess yang anggun selalu kacau. Lalu, mampukah Kyla menjadi seorang Princess yang anggun? Enggak seru, dong, kalau dibahas di sini ;).

Kalau ada yang mencemaskan label “badung” yang melekat pada Kyla, justru itu jadi salah satu yang ingin saya sampaikan juga. Melabel anak dengan sifat yang cenderung negatif ternyata memang membuat anak merasa tidak nyaman. Saya mengambilnya dari sudut pandang Kyla, anak yang mendapat julukan “badung”.

Apakah cerita ini merupakan cerminan saya di masa kecil? Ha ha ha, beberapa teman mencurigai hal itu. Ah, biarlah itu menjadi misteri buat para pembaca. Yang jelas, memang ada beberapa adegan yang saya ambil dari pengalaman pribadi saya, teman-teman, atau saudara-saudara saya. Nah, semakin penasaran, kan? Selamat membaca saja, deh!
Veronica W
Seorang penulis dan editor yang menyukai dunia anak-anak.

Related Posts

4 komentar

  1. Haha..saya juga penasaran dengan kisah masa kecil mbak Vero. Apa sebadung sebagian besar teman-teman di Paberland kah? Hmm...?

    BalasHapus
  2. Ah, saya termasuk anak manis, kok, Mbak Aira ;)

    BalasHapus
  3. Hai, Kevin! Makasih sudah mampir ke sini. Sinopsisnya bisa diintip di bagian katalog blog ini atau lewat link ini: http://ceritaceritaveronica.blogspot.co.id/2015/02/sebenarnya-sudah-lama-saya-kepingin.html

    BalasHapus

Posting Komentar