Cerbung: Rahasia Hantu (5-Tamat)

Posting Komentar
Cerita sebelumnya:

ilustrasi: Joe
Konferensi para hantu telah diadakan. Aku dan kelima temanku memikirkan pemecahan masalah kami. Nancy mengusulkan untuk mengikuti kursus menakut-nakuti anak-anak di tempat Pak Rooster. Tetapi, kami takut pada Pak Rooster. Akhirnya, aku menemukan ide yang didukung oleh teman-temanku! Konferensi pun dibubarkan.


Kami pergi meninggalkan tempat konferensi dengan wajah ceria. Aku tersenyum puas. Teman-teman mendukung usulku. Kini, kami bisa segera menjalankan rencana baru kami. Kami pun berpisah untuk menjalankan tugas masing-masing.


Siapa ya, anak manusia yang akan kudatangi pertama kali? Stella... Puteri... Vico... Dito... Aku mulai membayangkan wajah anak-anak itu satu persatu. Yang paling gampang ditakut-takuti, sih, Stella. Meskipun sekarang dia mungkin tidak takut padaku lagi. Gara-gara tali-tali celana yang menjeratku waktu itu.

Aku mencari-cari Stella. Dia tidak ada di rumahnya. Padahal, sekolahnya sudah sepi. Ke mana anak itu? Mungkinkah dia bermain ke rumah salah satu temannya? Otakku berputar menelusuri tempat-tempat yang sering didatangi Stella. Aha, taman bermain! Stella sering bermain bersama teman-temannya di sana. Dia paling senang main ayunan dan jungkat-jungkit.

Nah, itu dia! Aku melihat Stella yang sedang menangis. Rupanya dia baru saja jatuh dari ayunan. Plop! Aku muncul di hadapan Stella. Stella terkejut bukan main melihat kehadiranku. Dia hampir saja berteriak minta tolong. Hup! Aku pun beraksi. Aku mulai melompat-lompat sampai tali-tali celanaku menjerat kakiku dan membuatku terjatuh. Stella terpingkal-pingkal melihat gayaku.

“Aku ingat! Aku ingat! Kamu, kan, hantu lucu yang datang ke kamarku waktu itu!” seru Stella. “Teman-teman, lihat! Ada hantu lucu!”
Tampilan "Rahasia Hantu-5", diilustrasi oleh Joe.


Mendengar teriakan Stella, teman-temannya langsung berkumpul untuk menonton aksiku.
Yes! Aku berhasil! Stella tertawa setelah melihatku terjerat tali. Teman-temannya juga ikut tertawa. Tetapi, sekarang aku tidak sedih lagi melihat Stella dan teman-temannya menertawakanku. Memang itulah tujuanku. Dalam konferensi para hantu telah diputuskan, kami tidak akan menakuti anak-anak lagi. Sekarang, tugas kami adalah menghibur dan membuat mereka tertawa.

Ya, bukankah melihat anak-anak tertawa lebih menyenangkan daripada membuat mereka menangis ketakutan?

Tetapi, di balik kesenangan itu, aku masih meresahkan sesuatu.

“Bagaimana kalau Pak Ketua tahu perbuatan kita? Tugas yang dia berikan adalah menakuti anak-anak. Eh, kita malah membuat anak-anak senang. Apakah kita akan mendapatkan hukuman karena telah gagal dengan tugas yang dia berikan?” tanyaku kepada teman-teman.

Ternyata, teman-teman juga kebingungan. Kami kembali berdiskusi panjang. Sampai akhirnya, kami memberanikan diri untuk bersama-sama menghadap ketua hantu.

Awalnya, Pak Ketua tidak mau mengerti. Dia marah-marah kepada kami karena kami dianggap hantu-hantu cilik yang bandel dan tidak bisa menjalankan tugas dengan baik. Tetapi, kami berusaha menjelaskan kepadanya. Kami menceritakan kegagalan-kegagalan kami serta tugas-tugas mulia yang akan kami lakukan.

Untung, Pak Ketua mau mengerti kegelisahan kami. Tidak seburuk yang kami bayangkan, kok. Beliau tidak menghukum kami. Meskipun kadang-kadang galak, Pak Ketua juga sering berbaik hati.

Kami pun menjalankan tugas baru kami dengan senang hati. Tugas untuk menghibur dan membuat anak-anak tertawa memang lebih mulia dan menyenangkan. Lebih senang punya sahabat daripada punya musuh, bukan?

Sekarang, kami, para hantu cilik, bersahabat dengan anak-anak. Mereka tak pernah takut lagi melihat hantu. Malah, mereka senang bertemu kami. Kalau mereka sedih, kami siap menghibur sampai mereka bisa tertawa kembali. Ah, senangnya kalau bisa membuat anak-anak tertawa!

(Tamat)

--cerita ini dimuat di Majalah Bobo No. 44/XXXIX--
Veronica W
Seorang penulis dan editor yang menyukai dunia anak-anak.

Related Posts

Posting Komentar